Penyihir Dosa Mematikan v1c16

Adjust font size:

Sang Penyihir Dosa Mematikan dari Akademi Sihir

Mahou Gakuen no Taizai Majutsushi

Arc 1 Pendaftaran ke Akademi Sihir Kerajaan

Lulus ujian, lalu pusaka keluarga


 

 

“Oh, omong-omong, Nak, apa kau lulus ujian?”

“Ngak nggak nggak, aku baru aja kelar ujian kemarin lusa. Ngga mungkinlah langsung dapet hasilnya tau.”

 

Setelah keriuhan, Marsha dan Marianne duduk di sofa di ruang tamu.
Di seberang meja, Cecilia dan Mirabelle sedang duduk dengan Julis di tengah. Benar-benar bunga di masing-masing tangan.

 

“Tak, itu tak benar. Ujian Bagian 4 pastinya udah kelar kemarin. Jadi, ayah yakin hasilnya diumumin hari ini.”

“Ah……, aku ngerasa kalau penguji nyebutin hal macem itu.”

 

Apakah dia mengatakan itu? Julis menganggukkan kepalanya.
Pada saat itu, dia tidak memikirkan apa-apa selain pergi jajan ke sarkem, jadi dia mungkin hanya membiarkan penjelasan pemeriksa masuk kuping kanan keluar kuping kiri.

 

“Bukannya kalian dapet kristal di akhir ujian?”

“Kristal……”

 

Julis merogoh sakunya.
Dia menerima gelang bertata kristal dari resepsionis setelah ujian, seperti yang dikatakan Marsha.

 

Lalu, pada saat yang sama dengan Julis, Mirabelle juga mengeluarkan kristal itu.
Kemudian, untuk beberapa alasan, kristal itu bersinar samar.

 

“Eh? Kenapa kristal ini bersinar?”

“Padahal, ini transparan pas aku dapet.”

“Hmm? Ada apa tuh? Itu artinya kalian berdua lulus ujian.”

“”Apa?””

 

Aku Suka Web Novel - tresnokoe[dot]xyz - Web Novel Translation

Keduanya membulatkan mata karena terkejut mendengar kata-kata Marsha.
Itu wajar, jika kau tiba-tiba diberitahu kalau kau telah lulus ujian, kau pastinya akan terkejut.

 

“Kristal itu adalah alat sihir buat ngumumin kelulusan ujian. Kalo lulus ujian, bakalan bersinar samar, kalo gagal, bakalan pecah.”

“Hee~.”

 

Dengan cara ini, orang-orang dari tempat yang jauh tidak perlu melakukan perjalanan jauh-jauh ke ibukota.
Memang, ini sangat nyaman.

 

“Selamat ya, kalian berdua. Kalian bisa masuk akademi tanpa masalah~”

“Selamat! Sekarang aku bisa pergi ke akademi bareng kalian! Aku seneng banget kita bisa bareng!”

 

Cecilia dan Marianne bertepuk tangan dan memberi selamat, sementara mereka berdua membeku.
Kemudian Mirabelle dengan cepat kembali ke dunia nyata dan menggenggam kristal itu.

 

“Te, terima kasih …… gitu ya, saya lulus.”

 

Ekspresi wajahnya entah bagaimana bahagia.
Di sisi lain, Julis────

 

(Aku ngga bisa pake sihir, tapi aku lulus, jadi itu beneran meritokrasi ya…….)

 

Menatap langit-langit, dia tenggelam dalam sentimentalitas sendirian.
Entah itu dari kebahagiaan atau bukan, sulit untuk mengatakannya hanya dengan melihatnya dari samping.

 

(……Iya juga, apa dia baik-baik aja?)

 

Saat Julis linglung menatap langit-langit, Marsha tiba-tiba berdiri.

 

“Julis, ikuti ayah sebentar.”

At the training ground where the members of the knight order practiced hard.
As an instructor, I was teaching swords to all the Knights.

"Then, the next step is to swing the sword a thousand times. You won't improve just by swinging blindly. You need to imagine the opponent's movement."
""A, thousand times?""
"Kaizer-san. Are you sure you not making a mistake one digit?"
"Oh, right."
"Hoo~..."
"When I and Elsa were in the village, we used to swing 10,000 times a day, but, you guys won't be done until the day changes, will you?
""You misinterpret the word mistake on one digit, are you?""

The standard of my and Elsa's training was probably too high, and most of them couldn't follow even the light menu.

"Come on, you'd better hurry up or it's going to get dark."

I clapped my hands and urged them.
The knights began to swing their swords while screaming.
As the warming up, they were running ten times around the training ground with their armor on, few of them could swing their swords properly.

"Is Knight Commander Elsa doing this training from an early age..."
"I thought she was a genuine genius swordsman.....that's why she's so strong.. we didn't even reach half effort she did."
"Either Kaizer-dono or Knight Commander Elsa is outrageous..."

I saw the helpless knights and mumbled.

"Umm. Looks like our normal isn't everyone's normal.''
"I was surprised when I came to the royal capital, because the training of the Knights, which was known to be tough, was felt only in lukewarm water. The training I had done with chichiue was, to most people, out of the norm."

Elsa murmured next to me.

"I didn't mean to be particularly strict...."
"I think so, too"

The knights couldn't endure the training and exhausted. Then one by one, they fell like a broken doll.
But, one person among them――.

“……Ada apa, ayah?”

“────Ada sesuatu yang mau ayah serahin ke kamu.”

 

 

 

Aku Suka Web Novel - tresnokoe[dot]xyz - Web Novel Translation

♦️♦️♦️

 

 

 

Julis dibawa oleh Marsha ke kantornya.
Itu tidak semewah ruang tamu, tetapi setiap perabot dan ornamen masih bagus.

 

“Aku harus mindah tanganin ini ke kamu sekarang setelah kamu masuk Akademi Sihir Kerajaan.”

 

Julis menegang pada ekspresi serius yang tidak biasa di wajahnya.
Marsha mengeluarkan sesuatu dari laci mejanya, sebuah buku dengan puluhan lembar kertas yang diikat menjadi satu.

 

“Kalo kau masuk Akademi Sihir, kau tentu aja harus ninggalin tempat ini dan habisin empat tahun di ibukota kerajaan.”

“……”

“Jadi ayah warisin ini ke kamu.”

 

Marsha menyerahkan buku itu kepada Julis.
Kemudian, Julis mengambil buku itu dari Marsha dan memeriksanya.
Mata Julis tiba-tiba melebar.

 

“I, ini……!?”

“Ini udah kaya pusaka keluarga yang diwarisin di keluarga kita selama beberapa generasi.”

 

Julis membalik buku dengan sangat gembira.
Tangannya gemetar hebat.

 

“A, Ayah mercayakin aku sama hal agung ini…? Ayah bisa ngasilin banyak duit pake ini, lho!”

“Ngga apa-apa…… Itu membantu banget pas ayah masuk akademi…… sekarang gilirannya kamu.”

 

Julis sangat tersentuh sehingga air mata mengalir di matanya.
Deminya menghadiri akademi, Ayaha akan mempercayakan daku dengan barang berharga seperti itu? Alangkah…… alangkah bahagianya daku, daku sangatlah bahagia.

 

“Kalo kau punya anak sama orang yang kau cintai────terus kau warisin itu ke dia, maka……ayah baik-baik aja.”

“Ayahanda…….”

 

Kemudian, Julis menutup buku dan mengalihkan pandangan penuh tekadnya ke Marsha.

 

“Aku…… aku bakal berjuang terbaik! Demi ayahanda, demi para mendiang leluhur kita yang udah ninggalin buku agung ini!”

“Berjuanglah, anakku……. ayah dukung kamu…….!”

Cecilia akhirnya sampai di depan makhluk buas itu.

Perbedaan ukurannya begitu besar sehingga ia harus mendongak untuk melihat wajah binatang itu, dan Cecilia yang ramping akan terinjak-injak dalam sekejap.



"GRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR!!!"

"Aku ngerti...... aku ngerti kok, Julis ......"



Cecilia memeluk kaki depan yang besar dan kokoh itu.



"Itu pedih, kan? Itu menyiksa, kan? Aku yakin Julis berusaha ngelindungin seseorang terus menjadi kaya gini....... Beneran deh, Julis itu baik banget. Biarpun dia sangat menderita sendiri."



Makhluk buas itu mengarahkan kaki depannya yang lain ke Cecilia, mencoba menarik Cecilia yang memeluknya menjauh.

────lalu.



"Eh!?"

"I, ini......"



Kaki depan itu berhenti tepat pada waktunya.

Cecilia tidak terluka, dan kaki depan itu berhenti tanpa tanda perlawanan.

Namun penderitaan itu muncul dalam bentuk teriakan.



"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAARRRRRRRRRR!!!"



Tetapi.



"Aku belum bisa balas budi sama Julis buat segalanya...... Julis selalu ngelindungi aku, tapi aku terus banyak ngerepotin Julis.────Cuma ini yang bisa aku lakuin buat Julis sekarang."



Cecilia menguatkan lengannya yang memeluk kaki depan itu.

Ia ingin kehangatannya dirasakan, ia ingin perasaannya tersampaikan.

Cecilia tersenyum lembut pada makhluk buas itu, mengatakan kepadanya bahwa tidak apa-apa sekarang, bahwa dia tidak perlu berusaha terlalu keras.



"Aku bakal ada di sisi Julis...... sepanjang waktu, sepanjang masa. Julis ngga cocok sama penampilan kaya gitu, tahu? Kalo kamu balik lagi ke Julis yang biasanya, yang konyol, yang bisa diandalin, sama yang lembut.────Aku bakal seneng banget."

 

Ayah dan anak itu kemudian berjabat tangan dengan penuh semangat.
Gambaran seorang ayah yang mendukung awal anaknya. Sungguh pemandangan yang menyentuh dan menghangatkan hati!

 

Suatu pusaka keluarga diturunkan dari generasi ke generasi.
Dari orang tua ke anak, dan dari anak ke anak-anak mereka.

 

Buku itu, setelah waktu yang lama, sekarang…… di tangan putranya.
Di sampul buku itu, ada tulisan yang tertulis.

 

 

 

[10 Pasar Kembang Terbaik di Ibukota Kerajaan! ~Jika kau pergi ke Ibukota Kerajaan, inilah pasar kembang terbaik untuk jajan!~]

 

 

 

“Harga, lokasi, potret mbak-mbak sarkem, dan spesialisasi mereka…… rinci parah sampe ayah takut ke para mendiang leluhur kita…….”

“Jumlah informasi yang didapet dari berjajan ria tiap kios pasar kembang di Ibukota dan nyobain semua paketan…… kau mesti bakal butuh ini, ya kan?”

“Ya…… pastinya.”

 

Keduanya saling tertawa.
Dengan buku di tangan, dan senyum yang tidak pantas muncul di wajah mereka────

 

 

 

[Wahai Api!]

Our fanpage
Aku Suka Web Novel - tresnokoe[dot]xyz - Web Novel Translation

 

 

 

────Buku itu terbakar.

 

“”AAAAAAAAAAAAAAAAAA! Pusaka keluargakuuuuUUUUUUUUUUUUU!””

 

Jeritan Julis dan Marsha bergema di udara.
Mereka memegangi kepala mereka dan berteriak ketika mereka menjatuhkan pusaka keluarga, yang sedang terbakar saat ini, ke lantai.

 

“Nak! Matiin apinya cepetan!”

“Aku ngga bisa! Acedia-ku cuma bisa dipake ke aku aja! Kenapa ngga ayah pake sihir air?”

“Kalau gitu bakalan basah! Ayah khawatir huruf-hurufnya bakal luntur────”

 

Sementara mereka berdebat, pusaka itu terbakar.
Akhirnya, pusaka itu berubah menjadi abu dan kehilangan bentuk aslinya.

 

“A…… AAAAAA…… pusaka keluargaku udah……”

“Aku…… belum bertemu lonte nomor wahid berambut perak itu…….”

 

Keduanya jatuh berlutut. Penampilan mereka begitu tragis.

 

“Ya ampun…… apa-apaan yang kalian lakuin……?”

 

Kemudian suara Marianne terdengar dari pintu masuk kantor.
Melihat pintu masuk, ada Marianne disana, yang dalam posisi selesai merapal, Mirabelle dengan hati-hati mengintip dari belakangnya, dan Cecilia terlihat sedikit marah.

 

“Itu wajar buat bakar benda macem itu. Cecilia-chan sama Mirabelle-chan ada di sini……”

 

Marianne mendesah keras dan menatap mereka.
Matanya menunjukkan banyak penghinaan, terlepas dari kenyataan bahwa mereka adalah keluarga.

 

“Betul! Benda hina macem itu layak buat dibakar!”

 

Cecilia mengikuti dan setuju dengan Marianne.
Namun, hanya Mirabelle, yang tidak memahami situasi dengan baik, mendekati Julis untuk menghiburnya.

 

“Tahu gak, Julis-kun, aku ngga berpikir kamu harus punya…… benda macem itu, tahu? Kamu bakal ngehadirin akademi buat belajar …… kan?”

“Ugh…… Hiks……”

“Kamu sampe nangis kaya bayi!? Apa itu penting itu!?”

 

Bagi Julis, kehilangan pusaka keluarga adalah hal yang besar.

 

 

 

 

 

 

 

 

Pada akhirnya, Marsha sangat marah pada Marianne dan Julis sangat marah pada Cecilia.
Mereka menangis sepanjang waktu dan terus meminta maaf kepada mendiang leluhur mereka.

 

 

 

Dan kemudian, sebulan berlalu────

 

Akhirnya, itu adalah hari upacara penerimaan.

 

 


 

[Bersambung]

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *