Penyihir Dosa Mematikan v1c15
Mahou Gakuen no Taizai Majutsushi
Sumber: https://kakuyomu.jp/works/1177354054918902919/
Arc 1 Pendaftaran ke Akademi Sihir Kerajaan
Pulang ke rumah setelah ujian
“A~ku……Ba~lik…….”
“Kami pulang!”
Akhirnya, setelah mereka istirahat dan bermalam di sebuah kota dalam perjalanan.
Julis dkk. tiba dengan selamat di kediamannya di wilayah Anderberg.
Yah, bicara soal Julis, dia membopong keduanya untuk jarak yang jauh, jadi napasnya sangat kasar.
“P, permisi……”
Setelah Julis dan Cecilia memasuki pintu masuk, Mirabelle juga mengikuti mereka dengan berjalan perlahan.
Mungkin ada bagian dari dirinya yang sedikit menyusut dengan melihat rumah yang terlalu besar.
“Selamat datang kembali, Julis-sama, Cecilia-sama────apakah yang ada di sana adalah tamu?”
Saat mereka masuk, salah satu pelayan memperhatikan dan mendekati Julis dan yang lainnya.
“Ya……, temanku. Untuk sekarang, antar dia ke ruang tamu────aku juga, aku mau istirahat di sana.”
“Dipahami.”
Julis menekan keinginannya untuk melemparkan diri ke sofa secepat mungkin, dan menyuruh pelayan itu untuk menunjukkan Mirabelle ke ruang tamu.
bagaimanapun, ada sofa di ruang tamu juga, jadi dia bisa beristirahat di sana.
“Kalau begitu tolong ikuti saya. Saya akan menunjukkan jalannya.”
♦️♦️♦️
Julis dkk. tiba di ruang tamu dan duduk di sofa.
Julis berbaring telentang, Cecilia menikmati secangkir teh yang disajikan oleh pelayan, sementara Mirabelle melihat sekeliling dengan gelisah.
Ruang tamu didekorasi dengan lukisan potret kepala-kepala keluarga Anderberg sebelumnya, juga dengan karpet merah besar dan meja mengkilap memberikan tampilan mewah.
Meskipun viscount, keluarga Anderberg masih keluarga bangsawan. Ruangan ini dibuat lebih baik dari kamar lainnya agar tidak kasar kepada tamu dan tidak dicerca.
“Aaa, udah! Aku ngga bisa bergerak lagi!”
“T, terima kasih…… buat usahanya, Julis-kun.”
“Jangan khawatir…… kami yang udah nyeretmu ke dalam masalah gimanapun.”
Julis yang masih merasa lelah mengubah posisinya, kali ini dia berbaring telentang.
Tidak ada sedikit pun kehormatan bangsawan dalam penampilannya.
“Ngomong-ngomong, teknik Julis-kun bukan sihir, kan? Aku punya firasat kalo itu sesuatu yang beda…….”
“Mm?…… Tul, itu bukan sihir, tapi teknik sihir. Biarpun itu ngga senyaman sihir, tapi itu satu-satunya senjataku.”
“Julis kuat biarpung tanpa sihir, jadi ngga perlu khawatir!”
Cecilia menyemangati Julis, meskipun percakapan mereka tampaknya tidak selaras dengan baik.
“Ngga nyaman?”
“Ya. Teknikku ngga pake mana di dalam tubuhku, jadi ada batasannya.”
“Batasan…?”
Benar. Sederhananya, itu seperti “kondisi yang harus dipenuhi” untuk mengaktifkannya.
Julis memalingkan wajahnya untuk melihat Mirabelle.
“Sihir dosa mematikanku bisa diaktifin segera seabis aku atau lawanku tersentuh dosa mematikan itu. Contohnya, mantra Kesombongan yang aku pake hari ini, Superbia, diaktifin pas babi itu jadi sombong dan ngeremehin orang lain, kan? Itu sebabnya aku bisa ngaktifinnya.”
Kesombongan, Keserakahan, Kecemburuan, Kemarahan, Kerakusan, Nafsu, dan Kemalasan────kesemuanya adalah dosa mematikan dari keinginan manusia.
Sihir Julis hanya dapat digunakan jika dosa-dosa yang terkait dengan nama-nama itu dilakukan oleh orang lain atau oleh dirinya sendiri.
Inilah mengapa dia tidak bisa menggunakan sihirnya sesukanya.
Sulit bagi dirinya atau lawan untuk begitu nyaman terjerat dalam dosa.
“Heeh…… jadi gitu.”
“Ya…… kalo ada, sihir lebih nyaman────Haha, aku iri sama kamu.”
Dengan pemikiran itu, sihir lebih mudah ditangani dan dengan usaha individu, dia bisa membidik lebih tinggi, jadi mungkin itu lebih baik.
Itu sebabnya Julis cemburu.
Dan kemudian, pada saat itu, pintu ruang tamu tiba-tiba terbuka.
“Kau sudah kembali, anakku.”
“Selamat datang di rumah, kalian berdua.”
Marsha dan Marianne muncul dari pintu.
Ketika mereka melihat Julis dan Cecilia, mereka memberi mereka kata penyambutan.
“Ya, kami pulang!”
“Makasih udah ngawasin Julis, Cecilia-chan.”
“Tak masalah! Aku tidak biarin dia pergi!”
(Apa? Cecilia ikut buat ngawasin aku?)
Itulah alasan mengapa Cecilia, yang tidak mengikuti ujian, ikut dengannya.
Dan alasan mengapa dia bersikeras untuk tidak membiarkan Julis pergi ke rumah bordil adalah karena Marianne memintanya.
“Oh…… orang di sana────”
Martha memperhatikan kehadiran Mirabelle.
Merasakan tatapan diarahkan padanya, Mirabelle berdiri dengan cepat.
“S, senang bertemu dengan anda! Saya Mirabelle! Saya teman Julis-ku…… Julis-sama!”
Karena gugup atau tegang, nada bicaranya berubah lebih hormat.
“Fufu, kamu tak harus seformal itu, tau. Aku bakalan lebih senang kalo kamu mengendurkan bahumu dan berbicara yang santai.”
“T, terima kasih banyak……”
Bahkan jika pihak lain mengatakan demikian, dia sepertinya tidak akan mengubah nada suaranya dengan segera.
Pihak lain yang dia hadapi adalah bangsawan sejati dengan gelar, tidak seperti Julis dkk.
Dia entah bagaimana bisa mengerti apa yang dirasakan Mirabelle sedikit.
“Ngomong-ngomong, duhai anakku.”
“Ada apa, ayahanda?”
“Kau…… bukannya ini kelewat cepat buat nggaet cewek? Aku gitu loh, malah ayah ngga duga kalo kau bakal dapat seorang gadis dalam dua hari────apalagi gadis elf yang imut sepertinya.”
“Engga gitu, dasar bego!? Aku ngga punya hubungan macem itu sama Mirabelle!”
Julis berdiri dan menjadi kesal dengan pernyataan ayahnya.
“Yah, ngga apa-apa buat bangsawan buat punya dua pasangan, tapi itu bakalam memperumit hal-hal kayak…… masalah suksesi, tau?”
“Udah kubilang itu engga kaya yang ayah pikirin!”
Poligami tidak menjadi masalah di negeri ini.
Sebaliknya, bahkan dianjurkan untuk bangsawan, karena memudahkan mereka untuk mempertahankan garis keturunan mereka.
Namun, karena banyak kekurangannya, seperti sengketa kekuasaan dan masalah suksesi, maka Marsha tidak merekomendasikannya.
“Meski kamu punya seorang gadis bernama Cecilia-chan di sana…… Sungguh, anakku benar-benar merepotkan. Sungguh…… dengan siapa dia mirip, ya.”
“Hmm? Tak mirip sama aku, oke? Aku bukan bajingan kaya anakku.”
“Terus aku ini anaknya siapa, HAAAH! Lebih penting lagi, aku ngga punya hubungan macam itu sama Cecilia!”
Mereka tidak mendengarkan────atau lebih tepatnya, tidak ingin mendengarkan sama sekali.
“Bakalan ngga sopan ke mereka berdua kalo ayah-ibu ngomong hal-hal macem itu!────Kan, kalian berdua!”
Itu sebabnya Julis bertanya ke keduanya untuk mengajukan keberatan juga.
Tapi────
“U, uuummm……”
“Aaaa….”
“……Kenapa kalian berdua malah memerah?”
Cecilia dan Mirabelle hanya menoleh, wajah mereka diwarnai merah.
Mereka tidak mencoba untuk mengatakan apa-apa kembali, mereka hanya tampak malu.
“Ya ampun~”
“Anakku gitu lhooo.”
Entah kenapa, Julis merasa kesal dengan kata-kata orang tuanya.